Awesomemovies.org – Apakah anda penggemar Vincent dan Desta? Jika ya, sudah pasti mengetahui film ini dong! Film Pretty Boys, salah satu film mengangkat genre komedi lucu dengan mengisahkan industri pertelevisian di Indonesia. Dimana ceritanya terkait ambisi dan perjalanan karir dua orang sahabat diperankan oleh Desta sebagai Rahmat dan Vincent sebagai Anugerah. Keduanya berteman sejak kecil dan mempunyai mimpi untuk bisa masuk ke dalam dunia pertelevisian agar bisa terkenal. Kabarnya film drama komedi ini sukses mencapai 500.000 penonton hanya dalam waktu penayangan 11 hari saja.
Turut disutradarai oleh Tompi atau Teuku Adifitrian yang ditayangkan di bioskop pada Indonesia pada tanggal 19 September 2019 silam. Semua pemain beserta tim produksi dari film ini juga menggelar syukuran terhadap pencapaian 500.000 penonton. Selain dibintangi oleh Vincent dan Desta yang merupakan dua tokoh utama film ini, melainkan ada juga sejumlah musisi, aktor dan aktris lainnya yang ikut beradu akting bersama kedua host ternama itu. Diantaranya adalah Danilla Riyadi, Roy Marten, Onadio Leonardo.
Dimana film Pretty Boys sendiri menjadi perdana untuk Vincent, Tompi, Onad, dan Desta. Film ini menjadikan kedua sahabat berada dalam satu film kali pertama. Walaupun keduanya memang sudah sering bermain film, tapi Pretty Boys sendiri menjadi membuat mereka beradu akting. “Ini film perdana gua dengan Desta setelah 27 tahun berteman,” ungkap Vincent dilansir dari Kompas.com. Berikut dibawah ini adalah sedikit review menarik Pretty Boys.
Walaupun cerita sederhana, tapi ngena!
Patut diketahui bahwa cerita di dalam film ini menjadi menarik sebab dibalut adegan-adegan komedi dan juga dekat dengan keseharian. Mulai dari dialog menyindir acara-acara televisi atau film, bahkan hingga tebak-tebakan receh namun lucu yang dilakukan oleh Rahmat dan Anugerah. Selain kelakuan dari Rahmat dan Anugerah, film dibintangi Danilla Riyadi ini cukup menyoroti perilaku industri televisi mendudukan perangai kewanitaan di lelaki atau lebih tepatnya ‘ngondek’ sebagai penjual demi menarik rating.
Seperti halnya Rahmat dan Anugerah memulai pekerjaan di TV, mereka diwajibkan ngondek dengan adanya tuntutan pekerjaan. Sementara itu, sejumlah dialog juga memperlihatkan kalau industri TV akrab terhadap kelompok penduduk marjinal, mulai dari penonton bayaran hingga kru-kru. Tapi sejumlah dialog rawan terhadap stereotip penduduk. Seperti saat dialog santai Anugerah mengkritik tabiat Rahmat tidak setiap terhadap wanita.
Premis yang lucu dan menggelitik
Lucu dan menggelitik, premis dalam film ini sederhana buat diikuti. Tujuannya mungkin demi membuat penonton bisa menikmatinya tanpa harus berfikir berat. Tapi tetap saja sebab kemasan komedi dari pemeran utama dari film ini menjadi sangat lucu. Imam Darto, Vincent dalam mengelola komedi di layar lebar sebab naskah pada film ini ditata secara rapi tanpa alur meloncat-loncat. Dibuat mengalir layaknya seperti bukan film melainkan panggung khusus bagi Vincent dan Desta diluar pekerjaan mereka sebagai host, anak band, bahkan hingga penyiar radio.
Koneksi antara Desta dan Vincent sangat kuat menyederhanakan jokes-jokes mereka didominasikan dari tebak-tebakan yang sebenarnya menggelikan dan garing. Tapi tetap saja hal itulah sangat lucu membuat penonton tertawa terbahak-bahak. Hampir seluruh studio bioskop tidak akan berhenti tertawa menonton film ini di sepanjang durasinya. Bahkan hal paling menarik dari film ini adalah sebagian realita industri hiburan diselipkan juga ada dengan jelas. Layaknya menjawab kegelisahan penduduk melihat dunia hiburan terlihat baik-baik saja.
Danilla Riyadi dan cameo
Pada film ini kedua dari musisi cantik Danilla Riyadi, berusaha buat mengimbangi kelakuan konyol dua host Vincent dan Desta. Danilla Riyadi sukses lucu dan genitnya dapat. Diimbangi juga oleh cameo-cameo tidak akan berhenti mengakibatkan penonton jadi tertawa di sepanjang durasi perfilmannya.
Nah itulah sedikit review mengenai film Pretty Boys dapat diketahui oleh anda apabila belum menyaksikannya. Walaupun narasi yang dibangun Pretty Boys memberikan isyarat diskriminasi. Terlepas dari hal-hal ngondek, banyaknya dialog atau percakapan dan adegan dalam filmnya dapat diartikan sebagai kritikan terhadap dunia industri TV yang sering mengeksploitasi sebagian pihak cuma objek penarik pundi saja.