Awesomemovies.org – Perjuangan dari Joko Anwar menyelesaikan film berjudul Perempuan Tanah Jahanam yang ditanya sudah mulai ditulis sejak 2009 terlihat enggak sia-sia kayanya. Karena film horor satu ini sendiri lebih bagus kalau dibandingkan dengan karya dia sebelumnya itu. Film ini sendiri adanya sentuhan budaya Indonesia yaitu seni wayang. Bahkan terkait pemilihan lokasi syutingnya saja mencekam lho.
Namun, masih sangat autentik menjadi elemen penting juga dalam cerita. Apalagi sejak awal menulis kisah dari film ini sendiri. Joko Anwar benar-benar tidak memikirkan apakah cerita yang akan dia buat difilmkan atau tidak. Tidak disangka-sangka karyanya tersebut justru mencapai jumlah film horor karyanya setelah film berjudul “Pengabdi Setan” itu. Sebab film satu ini sendiri lebih menakutkan jika dibandingkan dengan “Pengabdi Setan”. Untuk itu penasaran seseram apa sih film Perempuan Tanah Jahanam ini? berikut dibawah ini adalah beberapa review untuk film horor satu ini, sebagai berikut :
- Desain produksi yang menyeramkan
Review pertama ini dari film berjudul “Perempuan Tanah Jahanam” yakni desain produksi begitu menyeramkan. Dimana, Joko Anwar bersama dengan timnya meramu memancing rasa takut untuk para penontonnya. Minimnya Jumpscare dalam film ini. Namun, hanya saja bagaimana pergerakan kamera yang mengikuti kamu dalam berencana untuk menutup mata lho. Tapi, siap-siap saja terkejut dengan berbagai macam adegan berikutnya itu. Desain produksi dalam film ini sendiri benar-benar maximal. Siapa saja yang terlibat dalam film horor ini sudah sepakat bagaimana jadinya setiap detail disampaikan dalam film ini sudah diserahkan. Mulai dari bak mandi terbengkalai, rumah tua, bahkan hingga konsep sedang nge dalangnya itu.
- Sinopsis filmnya
Maya yang diperankan oleh Tara Basro jatuh bangun hidup di kota tanpa keluarga. Dirinya cuma mempunyai sahabat bernama Dini yang diperankan oleh Marissa Anita. Ketika berusaha bersama membutuhkan modal banyak. Maya memperoleh kabar bahwa dia mungkin mempunyai harta warisan dari keluarganya yang kaya di pedesaan. Tiba dikampung keduanya tiba di rumah besar kosong, situasi sekitar juga terlihat aneh. Hingga pada malam hari Maya mendengar jeritan perempuan melahirkan. Dari situlah sedikit demi sedikitnya misteri dari kampung tersebut. - Tertata dengan rapi
Klasik namun mendikte kalian pada kengerian yang akan membuat bulu kuduk bergidik. Semuanya kematangan pada akhirnya menjadikan naskah dari film ini diselesaikan menjadi sebuah film horor di tahun 2019. Sebuah kecelakaan di hutannya mungkin terlihat tidak nyaman. Tapi, semuanya tertutup dengan misteri dan juga kejutan-kejutan begitu mendebarkan lho! - Jahanam yang enggak tanggung-tanggung!
Jahanam! ya satu kata buat film horor satu ini. Di menit pertama saja film horor ini sendiri sudah membuat penontonya mendengarkan obrolan Maya dan Dini membahas nasib kedua penjaga tiket tol masih membutuhkan finansial. Menurut Joko Anwar, scene jalan tol sendiri harus memakai CGI dan memakai vendor luar negeri, positifnya hasil CGI sama sekali enggak terganggu. Tingkat dalam ketakutan menonton film horor ini sendiri berbeda sekali lho.Penonton dibikin takut bukan karena hantu yang dibuatnya, melainkan ada lebih seram lagi dari adanya hantu yaitu manusia! Film horor ini sendiri membuktikan bahwa film horor tidak melulu memanjakan penonton buat memunculkan hantu pocong atau semacam lainnya. Namun, Joko Anwar sendiri pintar memancing perasaan takut tersebut dengan memilih lokasi set benar-benar terkesan angker dan belum lagi pilihan lagunya membuat penonton panarid.
- Gore, khusus 17+
Nah review selanjutnya yakni sesuai dengan usia 17 tahun keatas. Sesuai dengan trivia beredar di lini masa. Film horor ini mempunyai judul lain dalam bahasa inggris lho. Yakni “Impetigore”, diambil dari kata rekaan yang dibuat oleh Joko Anwar. “Impetigo” sendiri penyakit kulit yang mampu saja akan membuat kalian menjerit dan kemudian manahan nafas buat melepaskan bentuk ngerinya tersebut. Gore? bahasa inggris yang sering dikaitkan dengan darah dan kekerasan. Itulah gambar dari film horor satu ini! Dari dialognya saja sudah dibangun sejak awal film. Lebih apa adanya, “kasar” dan “jujur”. Dialog ini kemudian diubah dengan bahasa Jawa halus pada saat karakter Maya dan Dini tiba di desa Harjosari itu.